Satu Tahun Yang Berkesan

Setahun terakhir ini selalu kuingat sebagai rentang waktu yang menyenangkan. Mengenalmu secara kebetulan. Lalu dekat dan saling bertukar perasaan hehe. Kita bertemu hampir sebulan sekali. Entah untuk menonton film baru yang lama kita tunggu. Atau sekadar berkeliling kota dan mampir ke kedai langgananmu semasa kuliah dulu.

Yang paling kuingat tentu saja tempat pertama yang kita datangi, iya pantai favoritmu. Kini kita kerap menertawakan pertemuan pertama itu. Kamu yang menyesal menjemputku dengan motor berisik adik terakhirmu. Dan aku yang merasa bodoh mau-maunya menemui stranger yang jauh dari rumah, sendirian pula. Tapi aku tidak pernah menyesali keputusan itu.

Film pertama yang kita tonton menjadi film yang paling berkesan. Animasi Jepang bergenre fantasy adventure. Suzume jadi film Makoto Shinkai pertama yang aku tonton di bioskop, dan bareng kamu tentunya. Film-film berikutnya masih sama berkesannya. Dan kamu tahu aku masih menyimpan semua tiketnya sampai saat ini.


Tulisan ini akan banyak bercerita perihal seorang laki-laki yang sering aku sebut di tulisan-tulisan sebelumnya. Namanya Dimas. Manusia paling pelupa yang pernah aku kenal. Saking pelupanya tidak terhitung berapa kali Dimas meninggalkan kacamatanya begitu saja setiap kali kita jalan. Bahkan pernah suatu waktu dia ninggalin kunci motor dalam keadaan motornya masih nyala. Untung gak ada yang iseng bawa motornya waktu itu. Di hari lain kejadian itu berulang (lagi), di parkiran sebuah museum, bedanya kali ini kunci motornya disimpan satpam, lebih bikin panik tapi tentu lebih aman dari kejadian sebelumnya.

Kita sama-sama gak suka masakan pedas. Sama-sama suka kering tempe dan kentang. Kalo ada sayur yang paling dihindari Dimas itu adalah kemangi. Aku pernah iseng maksa dia buat makan selembar daun kemangi, selembar yaaa. Terus dia mau muntah dan aku merasa bersalah. Dia bilang kemangi itu merusak rasa makanan even cuma selembar.

Dimas suka dengerin lagu-lagu JKT48, Nike Ardila (barangkali juga musisi seangkatannya), dan Hindia (khusus album Menari Dengan Bayangan hehe). Dia pernah cerita waktu kuliah dulu suka banget dengerin lagu-lagu Avenged Sevenfold. Entah lagu mana yang dia suka, aku tidak pernah menanyakannya. Menurutku suara Dimas biasa saja. Meski begitu dia pernah menertawakan suaraku setelah secara sengaja memintaku menyanyikan salah satu lagu Tulus. Waktu itu Dimas bilang suaraku tidak sesuai dengan nada lagunya. Dimas tahu betul aku suka semua lagu Tulus, dia bahkan beberapa kali mengajakku ke konser Tulus di kotanya tapi selalu saja tidak pas waktunya.

Selama setahun ini kita sudah mendatangi beberapa kota dan merencanakan banyak perjalanan. Aku dan Dimas yang sama-sama nyaman untuk berada di rumah mendadak ingin berkelana sekarang. Sejauh ini, Magelang menjadi kota favorit kita. Suasana tenang dan asri kota ini selalu saja membuat aku dan Dimas takjub. Kota ini sempat membuatku berpikir untuk tinggal disana. Sebelum Dimas membantah dengan argumen yang diucapkannya penuh percaya diri. "Kalo kamu tinggal di kota secantik ini, kamu nanti gak punya destinasi buat refreshing kalo stress". Aku yang tidak benar-benar setuju hanya tersenyum mendengarnya.

Walau tidak begitu romantis, Dimas itu laki-laki baik yang stok sabarnya tumpah ruah. Dia itu "pawang" yang tepat untuk aku yang moodswing haha. Dimas bahkan selalu punya cara untuk menenangkan mood buruk dan overthinkingku. Aku bersyukur sekali untuk itu.

Tentu semua cerita tadi bukan bualan saja. Tapi soal musik dan makanan favoritnya mungkin aku perlu mengkonfirmasi lagi apakah masih sama atau sudah berubah hehehe.

Comments

Popular posts from this blog

Mendaki Sehari

5 Tempat Wisata Estetik di Semarang yang Wajib Dikunjungi

Solo Balapan - Yogyakarta